Selasa, 28 November 2017

Birrul Walidain

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Dan kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".(Q.S. Al Ahqaf:15)

Sejak zaman dahulu kala hingga sekarang kaidah utama dari lima kaidah hubungan antar manusia atau semua tindakan kebajikan,tak lain adalah berbakti kepada orang tua.Sebab Bakti merupakan pokok utama menegakkan diri sendiri dan sumber inspirasi utama dalam menghadapi segala hal dengan bijaksana.
Seorang manusia lahir di dunia ,dari badan,rambut sampai kulit,seluruh tubuh berasal dari Ayah Bundanya.Harus berhati-hati merawatnya,tidak berani sengaja dan sembrono melukai sedikitpun.Inilah awal terpenting dari bakti.
Mengapa kita harus menjaganya dengan sepenuh hati? Karena badan raga dikandung selama 9 bulan dengan susah payah oleh ibu,dilahirkan dengan pertaruhan nyawa,dirawat dan dibesarkan oleh Ayah Bunda dengan pengorbanan semangat dan tenaga.Mereka sangat kkawatir kalau-kalau anaknya kelaparan atau kedinginan,tak pernah lelah memberikan perhatian dan kasih sayangnya.
Confusius mengatakan :"Ayah Bunda jatuh sakit karena khawatir anaknya menderita." Kata-kata itu sangatlah tepat,sebagai anak apakah kita pernah memikirkan bagaimana menghibur hati Ayah dan Bunda?
Ditambah lagi sebagai seorang anak dengan sengaja dan sembrono menjalankan kehidupan sehingga badannya tidak terawat,bergaul dengan orang yang tidak baik,berkelahi,terluka,membuat malu orang tua,narkoba,mabuk-mabukan.Kalau demikian bukankah membuat orang tua menjadi risau dan sedih dan berarti menambah beban kesusahan dan derita orang tua.
Oleh sebab itu permulaan dari bakti adalah menjaga kesehatan badan dan semangat pikiran dengan sebaik-baiknya supaya orang tua tidak mencemaskan diri kita. Ketahuilah bahwa kecintaan orang tua kepada anaknya bagaikan air sungai yang mengalir,sedangkan kebaktian anak-anak kepada Ayah Bundanya bagaikan angin yang bertiup diatas ranting pohon.Keberadaan Ayah Bunda didunia ini ada batasnya,sebab itu cintailah mereka dengan setulus hati.Bersamaan dengan bergulirnya waktu merekapun akan menjadi tua dan renta.

Semua manusia dilahirkan dan dirawat - dibesarkan oleh Ayah Bunda,tidak terkecuali siapapun dia.Meskipun seorang Maha Raja,Pemimpin Agama,Pejabat Negara,Ilmuwan,cendekiawan bahkan sampai seorang Suci sekalipun.Budi jasa orang tua dari melahirkan,merawat,mendidik,memperhatikan dan memberi cinta kasih sedemikian besarnya dan takkan bisa terbalaskan sepanjang hidup.
Bilamana mengatakan tidak mempunyai kemampuan atau kesanggupan dalam menjalankan bakti,maka sebenarnya itu hanya alasan belaka.Karena bagaimanapun semua orang pasti bisa berbakti kepada orang tuanya.

Minggu, 26 November 2017

Nilai Penting Pelajar

            Nilai penting dalam mencapai tujuan dan usaha-usaha untuk mencapainya adalah sebanding dengan tujuan itu sendiri. Karena, sebagaimana diketahui oleh setiap orang lewat fitrah pemberian Allah Swt, tidak ada apapun yang lebih penting dalam hidup manusia disbanding pengetahuan. Dengan kata lain, tidak ada apapun yang lebih bernilai dari pada seorang pelajar. Islam sebagai agama yang di bangun atas fitrah hakiki kita, memberikan nilai sedemikian tinggi kepada pelajar. Rasulullah Saw bersabda,
“seseorang yang terus belajar adalah kekasih Allah swt.”
            Meskipun jihad, bejuang dijalan agama, adalah merupakan satu rukun iman, dan sekalipun Rasulullah Saw telah memberikan perintah untuk berperang dan sebagian kaum muslim harus turut serta, mereka yang sedang mempelajari ilmu-ilmu agama dibebaskan dari kewajiban ini. Harus ada sejumlah orang muslim yang mencari pengetahuan di tempat-tempat belajar.
 Allah Swt berfirman dalam surat At-Taubah ayat 122,
 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya."
            Semntara itu, guru adalah cahaya cemerlang pendidikan yang menghilangkan bayang-bayang kebodohan dari dunia. Gurulah yang memimpin orang-orang buta dan jahil secara batiniah unutk melihat dan mengetahui yang haq, dan membimbing mereka ke negeri suci dan surga yang penuh dengan kebahagiaan. Jadi, islam berpandangan bahwa guru harus dihormati dan dipatuhi sebagai seseorang yang suci dan mulia dalam masyarakat. Dalam menjelaskan nilai pengetahuan dan kedudukan tinggi orang-orang berilmu,
 Al Qur’an berkata dalam surat Al-Mujadilah ayat 11,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."
Rasulullah Saw menghargai orang-orang berilmu atau ulama, sedemikian rupa sehingga Beliau berkata, “kematian satu kaum lebih ringan unutk ditangguhkan dan tidak begitu merugikan ketimbang kematian satu orang berilmu.”
Begitu pula, Allah Swt berfirman,

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"(Q.S. Az-Zumar :9)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang berilmu dan orang-oang jahil tidaklah sama. Seorang berilmu memiliki keunggulan esensial atas orang yang tidak pumya pengetahuan. Kita bisa menyimpulkan ayat ini bahwa dalam berbicara tentang pengetahuan, Al Qur’an tidak hanya mengartikan ilmu pengetahuan agama saja, tetapi merujuk pada segala sesuatu yang bias mencerahkan manusia dan membantu mereka dalam masalah-masalah dunia dan akhirat.Al Qur’an memandang pengetahuan sebagai kehidupan manusia yang sesungguhnya dan berpandangan bahwa tanpa pengetahuan seorang manusia tidak lebih dari jasad mati.
Disini lah peran seorang guru bagi pelajar. Seorang guru harus bertanggung jawab atas kehidupan muridnya,atas baik dan buruk pengetahuan yang diberikannya kepada muridnya. Guru sebagai fokus serta sumber kehidupan bagi muridnya. Pabila pengetahuan yang diberikannya kepada muridnya itu baik maka akan membawa kehidupan muridnya bermanfaat bagi orang lain, dan jika sebaliknya maka mudorot akan menimpa keduanya baik guru maupun muridnya disebabkan salahnya pengetahuan yang diberikan seorang guru kepada muridnya.

Minggu, 19 November 2017

Jangan Takut Untuk Jujur !!!

Salah satu sifat yang dimiliki oleh pemimpin kita baginda Rasulullah Saw. adalah sifat siddiq (jujur). Sifat inilah selalu diperintahkan oleh Beliau kepada umatnya untuk selalu berbuat jujur. Jujur adalah sifat yang gampang-gampang susah. Dikatakan gampang karena seseorang yang tidak terlibat banyak masalah atau kepentingan akan mudah untuk mengatakan sesuatu dengan jujur atau apa adanya. Tapi, apabila dia terlibat dengan suatu masalah dan mempunyai suatu kepentingan maka sangat susah untuk mengatakan kejujuran. Kecuali, tentu saja orang-orang yang konsisten dan berkomitmen dengan kejujuran.

Kenyataan yang kita jumpai disekeliling kita adalah sangat sulit mencari orang yang jujur. Baik jujur dalam ucapan maupun jujur dalam tindakan atau pekerjaan. Ya, itu karena mereka yang tidak jujur tersebut mempunyai kepentingan atau suatu kebutuhan. Sehingga, mereka melakukan ketidakjujuran demi mencapai atau mendapatkan kepentingan tersebut.
Ada yang mengatakan “jika jujur maka hancur”. Benarkah begitu?
Rasulullah Saw. bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ  الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
“Hendaklah kalian selalu jujur karena kejujuran menuntun kepada kebajikan. Dan kebajikan menuntun ke syurga. Sesungguhnya seseorang yang jujur ditulis disisi Allah sebagai orang yang jujur”

Senin, 13 November 2017

Perempuan Tua Penjual Tempe


Alkisah, ada sebuah rumah kecil dipinggiran kota. Di sana ada seorang perempuan tua yang sangat kuat beribadah. Pekerjaannya membuat tempe dan menjualnya di pasar tiap hari. pekerjaan ini merupakan satu-satunya pendapatannya untuk membiayai kehidupannya sehari-hari.
Pada suatu pagi,seperti biasa, ketika perempuan tua itu sedang bersiap-siap untuk pergi menjual tempenya, tiba-tiba ia tersadar kalau tempe yang dibuatnya hari itu belum jadi, hanya separuh jadi. Seringnya selam ini, tempe yang akan di jual ke pasar sudah jadi sebelum ia berangkat pergi. Diperiksanya beberapa bungkus yang lain, ternyata memang kesemuanya belum jadi. Perempuan tua itu merasa amat sedih sebab tempenya masih belum jadi, yang pasti tidak akan laku dan tidak akan ada rezeki baginya pada hari itu.
Dalam suasana hatinya yang sedih, ia yang memang kuat beribadah teringat firman Allah yang menyatakan bahwa Allah dapat melakukan apa saja yang dikehendaki, bahwa bagi Allah tiada yang mustahil. Lalu dia pun mengangkat kedua tangannya seraya berd’oa, “ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar kacang kedelai ini menjadi tempe. Amin…”. Begitulah do’a ringkas yang dipanjatkan dengan seepenuh hati. Ia sangat yakin bahwa Allah pasti akan mengbulkan do’anya.
Dengan tenang perempuan tua itu menekan-nekan bungkusan bakal tempe dengan ujung jarinya kemudian membuka sedikit bungkusan itu untuk menyaksikan keajaiban kacang kedelai itu menjadi tempe. Namun, ia malah termenung seketika sebab kacang kedelai itu masih tetap seperti semula. Namun perempuan tersebut tidak putus asa, malah sebaliknya berfikir mungkin do’anya kurang jelas didengar oleh Allah. Maka ia pun mengangkat kedua tangannya semula seraya berdo’a lagi. “wahai Yang Maha Kuasa, aku tahu bahwa tiada yang mustahil bagi-Mu. Bantulah aku supaya hari ini aku dapat menjual tempe Karen inilah mata pencaharianku. Aku mohon agar jadikanlah kacang kedelaiku ini menjadi tempe, Amin…”.
Dengan penuh harapan dan debaran ia pun sekali lagi membuka sedikit bungkusan itu. Apakah yang terjadi? Perempuan tua itu termangu dan sedikit terdiam karena tempenya masih tetap begitu. Sementara itu, matahari pun semakin meninggi dan tentu pasar sudah mulai didatangi banyak orang. Ia tetap tidak kecewa atas do’anya yang belum terkabul. Walau bagaimanapun dengan keyakinan yang sangat tinggi, ia memutuskan untuk tetap pergi ke pasar membawa barang jualannya itu.

Minggu, 12 November 2017

Hati Yang Sakinah


            Al-Qur’an memiliki istilah sakinah  yang berkaitan dengan ketenangan, ketrentaman, dan kebahagiaan hati. Kata sakinah dalam bahasa arab, mengandung arti tenang, terhormat, aman, penuh kasih sayang, dll.
            Kata sakinah ini terambil dari akra kata yag terdiri dari huruf sin, kaf, dan nun yang mengandung makan ketenangan dan ketrentaman. Kata ini merupakan lawan kata(antonim) dari berguncang dan bergerak. Berbagi bentuk kata lain yang terdiri atas ketiga huruf tersebut, semuanya bermuara pada makna di atas. Sebuah rumah dinamai maskan karena ia merupakan tempat untuk meraih ketenangan setelah penghuninya bergerak, yakni melakuka aktivitas atau bahkan mengalami goncangan di luar rumah. Pisau yang berfungsi untuk menyembelih binatang dinamai sikkin dari akr kata yang sama dengan sakinah karena pisau adalah alat yang menghasilkan ketenangan bagi binatang setelah bergejolak.
            Kalau kita membuka lembaran-lembaran Al-Qur’an maka akan ditemukan ayat-ayat yang berbicara tentang sakinah. Beberapa ayat yang berbicara tentang sakinah sebagai berikut :

ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ
“kemudian Allah menurunkan sakinah kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman.” (Q.S. At-Taubah :26)
            Dalam ayat lain,

أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ
“Dia-lah yang telah menurunkan sakinah ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).”
(Q.S. Al-Fath : 4)
Dan masih ada ayat-ayat lainnya yang berbicara tentang sakinah.

            Kata sakinah  di dalam ayat-ayat tersebut di terjemahkan sebagai ketenangan yang sengaja Allah turunkan ke dalam qalbu orang-orang beriman. Ketengana ini merupakan suasana psikologis yang melekat pada setiap individu yang percaya dan memiliki keyakinan kepada-Nya. Ketenangan tersebut merupakan suasan batin yang langsung dirasakan di dalam hati dan meresap ke dalam jiwa.

Sabtu, 11 November 2017

Pelajaran Di Balik Kisah Seorang Ayah Dan Anaknya

   
          Di kisahkan bahwa ada seorang ayah yang bijak mempunyai seorang anak laki-laki yang sangat nakal. ia sangat senang bertengkar dan berkelahi dengan temannya, dan anak tersebut selain nakal, anak tersebut juga pemarah, mudah tersinggung, suka bertutur kata yang tidak baik.

          Maka, pada suatu hari sang ayah bijak memanggil anak tersebut, “nak, kemarilah … aku ingin memberikan suatu tugas untukmu”. lalu anak tersebut menghampiri ayahnya, “Ada tugas apa ayah ?” tanya si anak. lalu sang ayah berkata, “Begini .. aku ingin kau menancapkan paku di pagar setiap engkau berselisih dengan temanmu”. “baik ayah ..” kata si anak.

          Maka, hari pertama pun dijalani oleh si anak, pada hari pertama si anak menancapkan 15 buah paku pada pagar, lalu berkurang pada hari kedua dan seterusnya hingga ia tidak bertengkar lagi dengan temannya dan ia tidak lagi menancapkan paku di pagar rumahya.

          Lalu si anak menghampiri si Ayah dan berkata, “Aku sudah tidak menancapkan paku di pagar lagi ayah, apakah tugas ku sudah selesai ?”. lalu si ayah menjawab, “Baik, coba kau cabut semua paku yang telah engkau tanam di pagar itu nak …” kata si Ayah.

          Si anak pun segera mengerjakan perintah ayahnya, ia dengan cekatan mencabut semua paku yang ia tanam di pagar, setelah selesai si anak kembali menghampiri ayahnya,” semua paku telah kucabut ayah, apakah tugasku selesai ?” tanya si anak.

Selasa, 07 November 2017

Falsafah Penciptaan Manusia




إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ ۚ وَلِذَٰلِكَ خَلَقَهُمْ ۗ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Kecuali orang yang diberi rahmat pleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah meciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, ‘Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya”. (Q.S. Hud : 119)
           
          Falasafah penciptaan manusia, dalam beberapa ayat al-Quran diterangkan dengan ungakapan yang berbeda-beda:                                                                                                 Dalam satu ayat dikatakan,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
 “dan kami tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah.” (Q.S. al-Dzariyat: 56) 
          Di sini, alasan diciptakannya jin dan manusia adalah untuk beribadah. Sementara pada ayat lain dikatakan,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
 "yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu,siapa diantar kamu yang lebih baik amalnya.” (Q.S. al-Mulk: 2).

           Di sini, Allah menciptakan mati dan hidup untuk menguji manusia. Pada ayat lainnya dikatakan,


“kami mencipatakan manusia adalah untuk mendapatkan rahmat kami.”

Dalam penjelasan ketiga ayat  di atas, tampak seolah-olah bahwa falsafah atau tujuan penciptaan manusia ada tiga: beribadah, di uji dan mendapatkan rahmat. tetapi jika kita perhatikan lebih teliti, maka ketiga tujuan tersebut mempunyai satu titik persamaan, yaitu kesempurnaan spiritual manusia.
Dada ayat sebelumnya dikatakan bahwa manusia itu bebas, namun pada akhir ayat di atas di katakan, kami pasti akan memenuhi neraka jahannam dengan jin dan manusia. kita dapat menyimpulkan bahwa manusia bebas dalam memilih jalan hidup, namun karena dia memilih jalan yang batil maka dia akan masuk neraka.

Minggu, 05 November 2017

Masyarakat Islam


Disebabkan kualitas-kualitasnya yang luar biasa, masyarakat islam di masa-masa kemajuannya, merupakan masyarakat yang tak tertandingi dan menjadi contoh ideal bagi bangsa-bangsa beradab di dunia internasiaonal. Individu-individunya membentuk satu keluarga yang tersusun rapi yang memiliki berbagai sifat mulia dan martabat. Islam telah menjadi model keimanan yang tak tertandingi, memiliki berbagai rahasia tauhid, memperlihatkan sifat-sifat ketuhanan yang benar, mendeklarasikan kebenaran kenabian, dan menjelaskan dimensi-dimensi hari pengadilan akbar. Karenanya, islam telah menjdi agama pilihan Allah swt.
Allah swt. berfirman, 
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“barang siapa mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S. Ali ‘Imran: 85)




Islam telah menjadi model tak tertandingi dalam hal persaudaraan. Islam telah mendeklarasikan prinsip persaudaraan di antara individu-individunya dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Allah swt. berfirman, 
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. al Hujuraat: 10).
Karenanya, masyarakat islam telah menjadi satu keluarga besar yang saling mengaplikasikan batasan-batasan persaudaraan satu sama lain. Hal itu sesungguhnya merupakan  prestasi reformatif terbesar dari islam.mosafirislam.blogspot.com

Islam juga telah menjadi model tak tertandingi dalam hal liberalitas dan solidaritas. Individu muslim harus menaruh perhatian dalm urusan-urusan dan kemaslahtan social serat harus memperhatikan dengan baik orang-orang yang menderita. Rasulullah saw. bersabda, “orang yang memulai harinya tanpa peduli pada urusan-urusan kaum muslim, bukanlah bagian dari kaum muslim.

Beliau saw. juga bersabda, “ para makhluk adalah hamba-hamba Allah. Oleh karena itu, yang paling baik dalm pandangan Allah adalah yang paling bermanfaat terhadap hamba-hamba-Nya dan membuat-Nya ridha.”

Sabtu, 04 November 2017

Arti Penting Sahabat



Manusia merindukan persahabatan agar ia memperoleh individu-individu yang mendukungnya,meringankan kesulitannya-kesulitannya,serta berbagi suka dan duka. Amirul Mu’minin Ali berkata, “berusahalah untuk memiliki sebanyak mungkin sahabat yang benar, karena mereka merupakan teman dalam kebahagiaan dan tempat berlindung dalam kedukaan”.Seorang sahabat menempati posisi agung hingga tingkatan dimana bahkan para penghuni neraka akan meminta pertolongan sahabt mereka sebelum meminta pertolongan dari kaum kerabat mereka. Dalam hal ini Allah swt mengungkapakan kata-kata para penghuni neraka: ‘maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun, dan tidak pula mempunyai teman yang akrab.’(Q.S asy Syu’araa’:100-101).              Seorang bijak berkata, “sahabat-sahabat sejati merupakan nikmat terbaik di dunia ini. Mereka merupakn hiasan dalam kebahagiaan, penopang dalam duka derita, serta penolong dalam memperoleh kehidupan yang baik dan dalam melakukan perbuata-perbuatan baik.” Ketika seorang bijak ditanya apakah ia lebih menyukai saudaranya ataukah sahabatnya, ia menjawab, “aku lebih menyukai saudaraku apabila ia (merangkup) sahabatku.”              Sebagian orang mukmin mengira bahwa sahabat sejati adalah orang yang memperlakukan sahabtnya secara santun dan menghadapinya dengan wajah ceria, hanya sebatas itu. Namun jika mereka diuji, kepalsuaannya terbukti. Para penulis dahulu dan modern mengeluhkan tentang perpisahan yang terjadi antara sahabat satu dengan sahabat lainnya walaupun cinta telah bersemi di antara mereka.                    
   Hal ini disebabkan :1)      Ketidaktahuan tentang realitas persahabtan dan ketidakmampuan membedakan mana sahabat-            sahabat sejati dan mana sahabat-sahabat palsu.2)      Kebanyakan sahabat memiliki sifat-sifat social yang lemah secara umum , seperti sifat yang                berubah-ubah dan tidak setia.               Tedapat dua kelompok sahabat, yaitu kelompok sahabat terpercaya dan dan kelompok sahabat umum.

Jumat, 03 November 2017

Pentingnya Doa

Allah swt berfirman,
"قُلْ مَا يَعْبَؤُا بِكُمْ رَبِّبْي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُوْنُ لِزَامًا"
Katakanlah (Muhammad,kepada orang-orang musyrik), “Tuhanku tidak akan mengindahkan kamu, kalau tidak karena do’amu. (tetapi bagaimana kamu berdo’a kepada-Nya), padahal sungguh kamu telah mendustakan kebenaran, karena itu azab pasti akan menimpamu.” (QS. Al-furqan ]25(77: [.
            Kata ‘aba’ berarti beban atau muatan, sedangkan kalimat ma ya’ba’u bikum rabbi, berarti Allah tidak mengindahkanmu, kecuali ketika kamu berdo’a atau beribadah.
Adapun arti dari kata du’a’ukum(doamu) ada dua, yaitu sebagai berikut:
Hasil gambar untuk berdoa
 pertama, berarti rintihan dan do’a yang menyebabkan datangnya pertolongan Allah swt. Dalam hadits dikatakan, “orang yang suka berdo’a tidak akan binasa”. Karena itu, kepada kelompok yang tidak suka berdo’a dikatakan, kalian telah mendustakan kebenaran, dan sebagai ganti dari berdo’a, kalian malah pergi ke patung. Karena itu, kalian pasti akan mendapatkan siksa.  

Kedua,berarti seruan Allah kepada manusia. Karena sudah merupakan Sunnah Ilahi menyeru manusia kepada kebenaran dan menyempurnakan hujjah atas mereka. Yang menjadikan manusia makhluk yang paling baik adalah karena mau menerima seruan Allahswt. Akan tetapi, karena kalian tidak mau menerima seruan Allah dan mendustakannya, tidak ada harapan kebaikan pada kalian dan kalian pasti akan mendapatkan azab.
            Dalam sepenggal ayat Allah swt berfirman,
"وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلِاْنسَ اِلَّا ِليَعْبُدُوْنَ"
“Dan tidak;ah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah (kepada-Ku) (QS. al-Dzariyat ]51[:56).
            Di sini dikatakan bahwa manusia diciptakan untuk beribada. Sementara itu, pada pembahasan ayat sebelumnya dikatakan, juka manusia tidak berdo’a, dia tidak bernilai. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa do’a adalah rohnya ibadah.
            Meskipun Alah Swt mengetahui segala sesuatu, namun berdo’a merupakan kewajiban kita. Berdo’a dimana saja dan kapan saja itu bermanfaat. Karena Allah Swt berkata, fa inni qarib (sesungguhnya Aku dekat). Kalaupun terkadang kita mendapat siksa, itu karena kita jauh dari Allah Swt dan banyaknya dosa kita. Wallaahu a’lam bisshowaab.