“Dunia berawal dengan derita dan
berakhir dengan kehancuran”.
Kalimat ini mengandung kebenaran yang
dikemukakan Al qur’an yang berbunyi,
لَقَدْ خَلَقْنَا الْانسَانَ فىِ كَبَد
“Sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia berada dalam susah payah” ( Al Balad :4)
Memang, sejak dari Rahim ibu yang
sempit hingga ke alam semesta yang luas, perubahan-perubahan dalam kehidupan
manusia tidak berakhir. Ketika mula-mula merasakn kehidupan, dia tertutup dalam
penjara yang demikian sempit diaman dia tidak dapat menggerakkan anggota
ataupun membalikkan badannya. Ketika dia terlepas dari lingkungan yang sempit
dan melangkah di dunia ini, ia harus melewati berbagai kesulitan yang tak
terhitung jumlahnya.
Mula-mula dia tak dapat bicara
dengan lidahnya untuk mengungkapkan kesusahan dan kepahitannya, anggota
badannya tak punya tenaga untuk memenuhi kebutuhannya. Hanya tangisan dan air
mata yang dapat mengungkapkan kebutuhannya dan menyalurkan kesulitan dan
kesusahannya.
Setelah melewati masa ini, ketika
dia memasuki tahap belajar, di mana- mana suara teguran dan penyalahan
menyambutnya. Selama itu, tampaknya dia ketakutan. Ketika dia terbebas dari
masa penyerahan ini, dia dikerubungi kecemasan hidup berkeluarga dan nafkah,
kadang-kadang pertarungan dengan musuh, kadang-kadang perjuangan dengan pasang
surutnya kehidupan, kadang-kadang serangan penyakit, dan kadang-kadang
terpukul karena masalh anak-anak, sampai usia tua mendekatinya dengan isyarat kelemahan dan
tak berdaya, dan akhirnya dia mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini
dengan rasa takut dan sedih.
Sayyidina Ali as berkata tentang dunia ini, bahwa dalam perbuatan-perbuatan dunia yang halal ada masalah tanggung jawab dan dalam perbuatan-perbuatannya yang haram ada hukuman. Akibatnya, bahkan kegemberiaan yang menyenangkan pun mengandung kepahitan. Apabila ada harta dan uang berkelimpahan di dunia ini, maka manusia berada dalam badai kecemasan sehingga ia kehilangan rasa damai dalam jiwanya. Apabila kekurangan dan miskin, ia selalu merindukan kekayaan. Baca jugakhazanahalquran.com
Dunia ini ibarat pantulan bayangan. Apabila
kita lari mengejarnya, ia lari menjauh, tetapi apabila kita meninggalkannya dan
melarikan diri darinya maka ia akan mengikuti kita. Maknanya, adalah bila orang
mematahkan cengkeraman keserakahan dan ketamakan, serta melepaskan diri dari
hasrat-hasrat yang buruk dari dunia ini, dia pun akan mendapatkan
kesenangan-kesenangan dari dunia dan tak akan kehilangan dunia ini.
Karena itu, orang yang meninjau
dunia ini dari atas permukaannya dan mengambil pelajaran dari beberapa
kemungkinan dan kejadiannya, dan melalui aneka ragamnya serta
perubahan-perubahannya, akan mendapat pengetahuan tentang kekuasaan Allah SWT,
kebijakan dan kearifan, Rahman dan Rahim-Nya, pengampunan dan kemampuan-Nya
memelihara, matanya akan melihat kecerlangan dan pemandangan yang sesungguhnya.
Sebaliknya, orang yang semata-mata hanyut dalam aneka rona serta perhiasan
dunia ini akan kehilangan dirinya dalam kegelapan dunia. Itulah sebabnya Allah
melarang manusia memandang dunia ini seperti itu. Dalam ayat-Nya mengatakan,
وَ لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلىَ
مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةُ الحَيَاةِ الدُّنْيَا
لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقُى
“Dan janganlah kamu tujukan
kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari
mereka, sebagai bunga kehidupan dunia utnutk kami cobai mereka dengannya. Dan karunia
Tuhan kamu adalah baik dan kekal” ( Thoha : 131)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar