Anaknya nya bertanya balik
kepada ayahnya, “wahai ayah, bukankah kita adalah orang miskin, bagaimana kita
bisa makan makanan yang enak?, untuk makan sehari saja kita masih susah,
apalagi makan yang enak?. Bukankah selama ini kita tidur hanya beralasan tikar
yang sudah usang, dari mana kita mendapatkan tempat tidur yang nyaman? .
bukankah selama ini kita tinggal di tempat yang sudah mau rubuh? , bagaimana
kita bisa tinggal di tempat yang mewah?.

Ayahnyanya pun menjawab dengan rona wajah tersenyum,
“ketahuilah wahai anakku, makanan yang paling enak adalah ketika engkau makan
dalam keadaan benar-benar lapar. karena makanan apapun di saat benar-benar
lapar itulah makanan yang paling enak, maka bersyukurlah wahai anakku, kita
masih bisa makan walaupun tak seenak mereka yang mempunyai harta berlebihan”.
“Wahai anakku, bekerja keraslah dalam kehidupanmu. Karena
ketika engkau letih sebab dari kerja kerasmu, maka tidur di tempat manapun akan
terasa nyaman bagimu walaupun hanya beralasan tikar yang sudah usang sekalipun.
Jadi, jangan khawatir anakku. Selama kita bekerja keras, maka kita selamanya
akan tidur di tempat ternyaman di dunia”.
“Anakku, berbuat baik lah kepada semua orang terutama kepada
orang yang alim. Di mana, jika engkau berbuat baik kepada mereka, maka akan
engkau dapati di hati-hati mereka namamu. Sebab tempat tinggal termewah yang
ayahmu maksud adalah hati-hati orang yang berilmu, karena tidak semua orang
bisa berada dalam hati orang lain”.
Peganglah terus nasihat yang ayah berikan kepada mu wahai
anakku, agar semua kehidupanmu di dunia ini menjadi indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar